Sabtu, 18 Desember 2010

Pentingnya Kecerdasan Emosional



 Seiring berkembangnya zaman adapun kejadian-kejadian, entah di negara kita sendiri maupun di negara lain. Banyak orang dengan intelektual yang tinggi mampu menciptakan sesuatu  yang dapat  di manfaatkan oleh masyarakat dunia. Namun ada juga kejadian yang hampir kita sering dengar entah dari berita dari televisi,  koran,  internet dan masih banyak lagi media lainnya. Berita yang sampai kepada kita setipa hari penuh dengan laporan tentang lenyapnya sopan santun dan rasa aman, menyiratkan adanya sebuah dorongan yang sifatanya jahat, seperti berita di koran ataupun televisi tentang pembunuhan, pemerkosaan, korupsi dan masih banyak lagi kejadian yang di buat oleh manusia sendiri. Dari berita tersebut sekedar memberi gambaran adanya emosi-emosi yang pelan-pelan tak terkendalikan dalam kehipun kita sendiri dan dalam kehidupan orang-orang sekitar kita. Tak ada orang yang mampu bertahan dari gelombang ketidaktentuan, ledakan kemarahan dan sesal sehingga menembus sisi kehidupan kita dengan segala cara. Setipa emosi menawarkan pola persiapan tindakan tersendiri, masing-masing menuntun kearah yang  telah terbukti berjalan baik ketika menangani tantangan yang datang berulang-ulang dalam hidup manusia. Karena situasi ini berlangsung terus menerus dalam sepanjang sejarah evolusi manusia, nilai kelangsungan hidup di buktikan oleh terekamnya nilai tersebut dalam sistem saraf sebagai sifat bawaan dan kecenderungan automatis perasaan manusia. Sebagaimana kita tahu dari pengalaman, apabila masalahnya menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan seringkali lebih penting dari pada nalar. Kita sudah terlampau menekankan pentingnya nilai dan makna rasional murni yang menjadi tolak ukur IQ dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun, kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa. Disini saya mengambil sebuah contoh tentang seorang guru yang di bunuh oleh seorang siswanya sendiri. Hal ini bermula karena seorang guru fisika memberi nilai 70 saja kepada seorang siswa yang sangat pintar di kelas itu, pada hal siswa tersebut mengharapkan nilainya 100. Ia tidak terima dengan nilai tersebut maka iapun menaruh dendam kepada sang guru dan akhirnya membunuhnya. Masalah ini membuat kita berpikir bahwa bagaimana mungkin seorang yang jelas cerdas di sekolahnya melakukan tindakan tak rasional, sesuatu yang betul-betul bodoh. Terkadang manusia sekarang lebih mementingkan IQ dari pada kecerdasan emosional. Mareka merasa bahwa IQ yang tinggi maka akan mempunyai kesempatan untuk bekerja di perusahan ataupun di salah satu instansi pemerintahan sesuai dengan bidang yang mareka geluti. Pada hal tingkat kecerdasanpun sangat penting untuk kehidupan kita, namun orang tidak tau saja apa sebenarnya kecerdasan emosional itu? Kecerdasan emosional adalah : kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati untuk tidak dapat melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati agar menjaga beban stres dan tidak melumpuhkan kemampuan berpikir dan selalu menempati diri untuk berdoa.
Dengan IQ kita yang tinggi tidak menjadi jaminan untuk hidup lebih sejahtera atau penuh dengan kehidupan bahagia karena sekolah dan budaya kita telah menitikberatkan pada kemampuan akademis, dan mengabaikan kecerdasan emosional. Apabila kita bisa mengatur emosional kita dengan baik, maka kitapun mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif  sehingga mampu menciptakan rasa aman sifat sopan santun dalam bermasyarakat. Orang dengan ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan , mengusai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mareka. Sedangkan mareka yang tidak dapat terhimpun kendali tertentu atas emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mareka untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan tidak memiliki pikiran yang jernih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar